Kisah Perjalanan Dengan Motor Tua
by : Abdul Humul Faaiz/El Capitan Indonesia
Kali ini saya sedikit menceritakan perjalanan saya bersama
teman menggunakan motor tua, begitu banyak ujian yang kami lalui, mulai dari
lampu mati, knalpot motor jatuh, bocor ban, dan motor mogok secara tiba-tiba.
Tapi itulah seni jika menggunakan motor tua, butuh kesebaran untuk mengahadapi hal semacam
itu. Dan yang terpenting kita harus menikmati tentunya. “Tak perlu marah. Cukup
tertawa saja” kata teman saya di perjalanan. Saya jalan bersama Wahab dan
Teguh, mereka berdua juga pengguna motor tua.
perjalanan kami memang terbilang nekat. Pasalnya, motor kami tak satupun yang memenuhi syarat untuk melakukan Touring, apa lagi tujuan kami terbialang jauh, Kota yang berjarak 528 Km. Kalau menurut kawan yang lebih dulu ke sana, menggunakan sepeda motor hanya menghabiskan waktu sekitar 9 jam. Saat itu saya hanya berpikir, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kita tinggal balik arah. Namun, Saya teringat kata senior saya beberapa waktu silam, “Kita cukup yakin dan percaya saja dengan tunggangan kita”.
Kota tujuan kami adalah Kabupaten Ampana . Daerah yang sangat kental dengan bahasa “Lea”nya. Banyak cerita-cerita lucu tentang Kota itu. Namun yang terpenting bagi saya adalah bukan tujuannya, tapi perjalanannya yang sulit terlupakan. Dengan menggunakan motor tua yang kondisinya tidak memungkinkan, kami nekat berangkat.
Berangkat dari Parigi, Sekitar pukul empat sore kami menaiki tanjakan sebelum memasuki tentena. Disinilah ujian mulai terasa. Motor saya tiba-tiba buntu dan tidak mampu lagi menanjak. Laju motor mulai berkurang hingga mogok. Kamipun menepi sambil mendorong motor di tengah tanjakan. Saya mulai khawatir dengan kondisi motor saya. Belum menempuh jarak ratusan kilo, motor saya sudah mulai rewel. Setelah di periksa ternyata busi motor yang bermasalah, padahal kami memeriksanya selama 1 jam. “setelah ini masalah apa lagi?” Tanya teman saya. Saya hanya bias tersenyum meski ada perasaan khawatir dengan motor saya.
Perjalanan kami lanjut, ujian lagi-lagi muncul seakan tak berhenti.Selama perjalanan saya menghitung sedikitnya ada 15 kali knalpot
motor saya lepas. Teman saya hanya bisa tetawa melihat kondisi motor saya.
Terkadang mereka menipu. “iiisss,,,, knalpotmu goyang lagi”, candanya. Saat itu
sial terus-terus menimpa saya. Yang namanya motor tua, pastimnya kita akan mengalami
ha semacam itu.
Sekitar pukul lima sore kami tiba di Kabupaten Poso. Kami istirahat sejenak. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Saat jalan malampun, knalpot motor saya masih saja terus bermasalah, beruntung saya membawa alat perbengkelan. Sekedar informasi, dalam melakukan perjalanan menggunakan motor tua, kita wajib membawa alat perbengkelan, minimal kunci-kunci. Kami melintasi tanjakan demi tanjakan, lubang demi lubang, sesekali motor saya menghantap tonjolan batu.
Meski selalu di terpa begitu banyak cobaan di jalan, tpi saya merasa senang melakukan perjalanan yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Menggunakan motor tua dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Mulai saat itu kami sepakat tidak ngebut. Kami jalan hanya pada kelajuan 50 km/h. kalau pepatah jawa mengatakan, “Alon-Alon asal Kelakon”. Pelan-pelan tapi pasti. Yah.. akhirnya kami sampai juga di kota tujuan.
Setibanya di Ampana, kami berniat menyebrang
menuju Kepulauan Togean dengan motor kami, tapi kondisinya tidak
memungkinkan. Kami ke kepulauan togean
tanpa tunggangan kami. Sekitar 2 malam kami di sana. Kami kembali ke Kota
Ampana. Saatnya pulang……!!
Sebagai pecinta motor tua, ada semacam ritual tersendiri bagi kami saat mengunjungi kota tertentu. Yaitu hunting Motor atau hunting underdil motor tua. kami mengelilingi kota ampana saat sore sambil mencari bengkel motor. Motor kami butuh perbaikan keseluruhan. Kamipun pulang.
Ada cerita lucu saat pulang, motor saya yang awalnya kerap diterpa malapetaka, saat pulang berbalik ke teman saya yang menggunakan motor vespaa. Meski penyebabnya hanya ban yang bocor, tapi pengaruhnya luar biasa. Ternyata ban serep miliknya juga bocor. Dan lebih parahnya lagi, jarak bengkel dengan lokasi kami sangat jauh. Si Wahab dan teguh mulai membongkar motornya. Untuk melepas ban motor, sekitar setengah jam lebih wahab dan teguh membongkar motornya.
Saya bersama teguh bergerak mencari bengkel tambal ban yang
belum tahu di mana keberadaanya, kami jalan cukup jauh hingga menemukan
bengkel. setelah di selesai, cobaan satu lagi-lagi menghampiri kami, guyuran
hujan yang cukup lebat dan cukup
lama. Banyak orang yang memerhatikan kami saat
melintas. Kamipun hanya tertawa berusaha menghilangkan rasa stress yang ada.
Perasaan yang campur aduk, mulai kedinginan hingga lapar yang tidak
tertahankan. Itulah resiko yang harus kami hadapi, tidak beda jauh dengan
kegiatan mendaki gunung yang kerap kita lakukan bersama, kami sudah terbiasa
dengan hal semacam ini dan solidaritas kami teruji. Tetap bertahan atau pergi
meninggalkan teman.
Kesabaran kami membuahkan hasil. Hujan mulai reda, kami bergegas menyelesaikan motor. Mungkin itu adalah ujian terakhir untuk kami. Motor kami tak ada lagi mengalami masalah setelah dari serangkain ujian menimpa kami.
Itulah sedikit cerita perjalananku dengan motor tua. tunggan
kebaggaanku yang hingga saat ini masih tetap setia menemani perjalananku (*).
0 komentar:
Posting Komentar